Welcom Guest

Rabu, 06 April 2011

Segumpal daging ( Hati)








Asslamu'alaikum saudara-saudara ku...
Kalo kita mendengar ada seseorang yang mempunyai hati bersih Gmana Yach...

pAsti oranG itu sempuRna dan mempunyai Hati yAng bersih..
taPi diDunia ini yang Namanya manUsia pasti tidak Ada yang seSempurna kan..

ya Klo kiTa bilang dia aLias manUsia itu sempurna : malaikat donk..

Di dunia ini uNtuk mencapai manusia ke derjat yang paLing tinggi itu sangatlah butuh pengorbanan bukan??
yaItu kita menuju derJat TaQwa..

Sebelum mencpai derJat taqwa itu, pastinya kita memperbaiki hati kita yang penuh dosa ini.. menuju TAUBAT kepada ALLAH. Mudah-mudahan ALLAh mengampuni dosa kita amieen..

Nah coba saudara baca yang ada di bawah ini..

An-Nawawi rahimahullah mengatakan (Syarh Muslim, 6/108-109), “Di dalam hadits ini terdapat penegasan agar (manusia) berupaya memperbaiki hati serta menjaganya dari kerusakan. Sekelompok ulama berargumen dengan hadits ini untuk menyatakan bahwa akal terletak di dalam hati bukan di kepala (otak), dan dalam hal ini terdapat khilaf yang masyhur. Pendapat para ulama madzhab kami (madzhab Syafi’i) dan mayoritas mutakallimin menyatakan bahwa akal terletak di dalam hati.” Pendapat serupa juga disampaikan oleh Al-Hafizh Ibnu Hajar dengan menyebutkan dalil-dalilnya ketika menjelaskan kandungan hadits ini (lihat Fath Al-Bari, 1/158).

Sudah jelaskan adanya kewajiban kita untuk menjaga hati..
karena sejak kita dilahirkan ke duNia hati kita ini fitrah ( suci dan bersih dari noda) ALLAH menitipkannya buat kita.

cOba sauDara bayankan Klo ada seseorang yang menitipkan sesuatu kepada kita, dan kita merusaknya,, so Pasti dia marah kepada kita kan.

seberapa penting sih memperbaiki hati itu ????
coba saudara baca ini.

Di dalam hadits yang agung ini Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan perumpamaan pentingnya hati bagi amal perbuatan sebagaimana peranan jantung bagi anggota badan. Jantung memompa darah ke seluruh tubuh sehingga sangat menentukan kesehatan badan, sebagaimana halnya baiknya hati sangat menentukan baiknya amal perbuatan. Maka hadits di atas merupakan rujukan dalam masalah agama dan juga dalam masalah medis/pengobatan (faidah ini kami petik dari rekaman ceramah Syaikh Ibrahim Ar-Ruhaili hafizhahullah berjudul Atsarul ‘aqidah ‘alal istiqamah). Ketika mengomentari bagian akhir hadits di atas, Ibnu Rajab -rahimahullah mengatakan, “Di dalam hadits ini terdapat isyarat yang menunjukkan bahwa kebaikan gerak-gerik hamba dengan anggota badannya, kemampuannya menjauhi perkara-perkara yang diharamkan, dan keteguhannya dalam menjaga diri dari hal-hal yang syubhat/samar bergantung pada kebaikan gerak-gerik hatinya…” (Jami’ul ‘Ulum wal Hikam, Makt. Syamilah).

giMana ??? dah taUkan pentingnya memperbaiki hati..
ato saudara masih bingung?????

bnu Abil ‘Izz Al-Hanafi rahimahullah berikut ini. Beliau mengatakan (Syarh Al-’Aqidah Ath-Thahawiyah, tahqiq Al-Albani, hal. 274-275), “Ketahuilah, sesungguhnya hati bisa hidup dan bisa mati, bisa sakit dan bisa sehat. Hati merupakan unsur (non-fisik) yang paling agung di dalam tubuh. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya, “Apakah sama antara orang yang dahulunya mati kemudian Kami hidupkan dan Kami jadikan baginya cahaya untuk berjalan di antara manusia, dengan orang yang senasib dengannya namun tetap terkungkung di dalam kegelapan dan tidak bisa keluar darinya.” (QS. Al-An’aam : 122). Maksudnya orang tersebut sebelumnya mati karena tenggelam dalam kekafiran, kemudian Kami (Allah) pun menghidupkan jiwanya dengan iman.”

Beliau melanjutkan, “Hati yang sehat dan hidup apabila disodori kebatilan dan perkara-perkara yang buruk maka nalurinya akan mendorong untuk menjauhi hal itu dan membencinya serta tidak mau memperhatikannya. Berbeda keadaannya dengan hati yang mati. Hati yang mati tidak mampu membedakan baik dan buruk. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu’anhu, “Celakalah orang yang tidak memiliki hati yang dapat mengenal perkara ma’ruf dan mungkar.” Begitu pula halnya hati yang sakit karena terjangkit syahwat. Maka hati (yang sakit) semacam itu -karena kelemahannya- akan condong kepada kebatilan dan keburukan yang disodorkan kepadanya bergantung pada kuat-lemahnya penyakit tersebut.” (hal. 275)

Trus apa yang harus Saya lakukan untuk memperbaiki hAti ini??

Menimba ilmu, jalan untuk mendapatkan obat

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Menuntut ilmu termasuk amal kebaikan yang paling utama, sedangkan kebaikan-kebaikan itu akan melenyapkan kejelekan. Maka sangat layak jika menuntut ilmu karena mengharapkan wajah Allah menjadi sebab terhapusnya dosa-dosa yang telah lalu. Dalil-dalil menunjukkan bahwa mengikuti kejelekan dengan kebaikan akan dapat menghapuskan kejelekan. Lantas bagaimanakah lagi dengan suatu amal yang tergolong kebaikan paling utama dan ketaatan yang paling mulia! Diriwayatkan dari Umar bin Khattab radhiyallahu’anhu, beliau pernah berkata, “Sesungguhnya ada seorang yang keluar dari rumahnya sedangkan dia menanggung dosa yang banyak sebagaimana bukit Tihamah, tatkala dia mendengar ilmu (disampaikan) maka dia pun merasa takut, kembali (taat) dan bertaubat. Maka pulanglah dia ke rumahnya dalam keadaan bersih dari dosa. Oleh sebab itu janganlah kalian memisahkan diri dari majelis para ulama.” (Al-’Ilmu, fadhluhu wa syarafuhu, hal. 80)

sekIan dLu dari saya..
moGa tulisan ini bermanfa'at.. :-)
and to :-$

Tidak ada komentar:

Posting Komentar